JAKARTA – Menyikapi penolakan Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PNBU) terkait kebijakan sekolah 8 jam dalam 5 hari yang dikeluarkan pemerintah dalam hal ini kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) mengeluarkan pernyataan sikapnya.
“Meskipun kebijakan 5 hari sekolah tidak secara langsung terkait dengan Muhammadiyah, namun posisi Mendikbud Prof Muhadjir Effendy yang notabene adalah warga dan pimpinan PP Muhammadiyah, sulit dihindari adanya pihak-pihak yang mencoba mengaitkan keberadaan Muhadjir Effendy dengan Muhammadiyah,” kata koordinator AMM Izzul Muslimin di Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jalan Menteng Raya 62, Jakarta Pusat, Rabu (9/8).
Dalam pernyataan sikap tersebut, ditegaskan oleh AMM bahwa kebijakan yang diambil Muhadjir Effendy semata-mata karena menjalankan tugas yang diberikan Presiden Jokowi, khususnya program Nawacita yang telah dicanangkan.
“Tidak ada sentimen khusus ke NU, ini semata-mata menjalankan tugas sebagai pembantu Presiden,” ungkap Izzul.
Berikut pernyataan sikap lengkap dari AMM;
Kekhawatiran adanya pengaitan secara berhadap-hadapan antara Muhammadiyah dan NU, termasuk menyikapi keberatan sahabat-sahabat di NU tersebut, maka kami dari Eksponen Angkatan Muda Muhammadiyah (Eksponen AMM) merasa penting untuk menyikapinya sebagai berikut:
1. Bahwa dikeluarkannya Permendikbud Nomor 23 Tahun 2017 tentang Hari Sekolah, sama sekali tidak ada di dalamnya kepentingan Muhammadiyah atas kebijakan tersebut.
Permendikbud tersebut dikeluarkan semata-mata dalam kapasitas Mendikbud sebagai pembantu Presiden. Mendikbud mengeluarkan peraturan tersebut dalam rangka menjabarkan Nawacita yang menjadi program Pemerintah, terutama dalam hal pembentukan karakter bangsa.
2. Kami eksponen angkatan Muda Muhammadiyah menyadari bahwa sebagai bagian dari komponen bangsa, Muhammadiyah selalu mendukung setiap kebijakan yang dinilai baik dan bermanfaat bagi masyarakat luas, namun tetap memberikan masukan atau kritik yang konstruktif apabila terdapat kebijakan yang dirasa merugikan masyarakat luas.
3. Kami juga merasa penting untuk menyikapi sikap resmi PBNU, terutama sikap yang menyebut bahwa penolakan PBNU atas kebijakan lima hari sekolah karena dinilai akan mematikan atau menggerus eksistensi Madrasah Diniyah (Madin), yang kami nilai sangat berlebihan. Penyikapan ini tentu bukan dimaksudkan untuk menambah gaduh suasana, tapi sekadar untuk meluruskan beberapa hal yang menurut kami sangat jauh dari apa yang dimaksud dan dikehendaki oleh Permendikbud Nomor 23 tahun 2017.
4. Kebijakan-kebijakan yang awalnya diduga akan mematikan Madin bukan kali ini saja, tapi sudah beberapa kali dan terbukti tidak mematikan Madin. Pemerintah Orde Baru melalui Departemen Agama pernah membuat kebijakan berupa Madrasah Ibtidaiyah (MI), selain tentunya Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah.
Hadirnya MI yang di dalamnya juga sarat mata pelajaran agama yang juga diajarkan di Madin, saat itu mendapat reaksi luar biasa karena diyakini akan mematikan Madin. Ketika tumbuh subur Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) juga diributkan. Alasannya sama, karena diyakini akan mematikan Madin. Namun faktanya Madin tetap hidup hingga saat ini.
5. Terakhir, kami menghimbau kepada seluruh warga Muhammadiyah untuk tetap menyikapi persoalan dan kegaduhan terkait Permendikbud 23 Nomor 2017 yang terjadi saat ini dengan kepala dingin dan tidak mudah terhasut oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Jakarta, 9 Agustus 2017
Atas nama Eksponen AMM
Muhammad Izzul Muslimin dan Ma’mun Murod Al-Barbasy
Pak ketipak tipung,
Suara gendang bertalu-talu…
Hati-hati saja,
Domba yg gak tau siap diadu….
Pak ketipak tipung,
Suara gendang bertalu-talu…
Hati-hati saja,
Domba yg gak tau siap diadu….
Ini sajalah kerjanya antara NU-Muhammadiyah. Tak pernah akur satu suara. Selalu bermusuhan. Entah siapa yg memulai, entah apa motifnya, entah apa tujuannya…Masing2 ngotot menonjolkan egonya. Merasa paling benar tak mau menerima argumen pihak lain, padahal sama2 Islam. Lihatlah musuh bersatu dalam menghabisi umat Islam….dan kita sibuk berpecah belah….
Bersatu jgn mau diadu
Normal masyarakat berdebat. Itulah cara menemukan konsensi bersama. Yang penting tidak saling membenci.