Senin, Maret 17, 2025
No menu items!
Google search engine
No menu items!
BerandaPendidikanSulap Limbah B3 Jadi Beton Berkualitas Tinggi, Tim ITS Raih Juara I...

Sulap Limbah B3 Jadi Beton Berkualitas Tinggi, Tim ITS Raih Juara I KRB 2018

SURABAYA, SERUJI.CO.ID – Prestasi yang membanggakan kembali berhasil ditorehkan oleh mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dalam Kompetisi Rancang Bangun (KRB) 2018 yang diselenggarakan di Universitas Udayana, Denpasar, Bali, awal Februari ini.

Dalam sesi Lomba Beton Nasional ini, tim Senanjaya 79 dari Departemen Teknik Sipil ITS berjaya dengan menyabet juara pertama.

Ajang ini diikuti oleh 63 peserta dari 53 perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Mengusung tema “High Early Strength and Low Cost Concrete Competition”, kompetisi ini menantang para peserta untuk membuat beton bermutu tinggi dalam waktu tujuh hari dengan biaya yang relatif murah.

Tim Senanjaya 79 digawangi oleh tiga mahasiswa yakni Andini Dwi Agustin, Jonathan Febryan, dan Reza Syihabul Millah S serta satu dosen pembimbing, Faimun MSc PhD.

“Menanggapi tema tersebut, tim ini kemudian membuat inovasi beton dengan menggunakan fly ash atau sisa pembakaran batu bara pada pembangkit listrik sebagai pengganti semen dan tawas sebagai campurannya,” ungkap Faimun dalam rilis yang diterima SERUJI, Selasa (6/2).

Menurut Fahmi, pada umumnya beton dengan rancangan kuat tekan dalam 28 hari menghasilkan 60 mpa. Namun berkat kerja keras dari tim ini, inovasi beton mereka mampu menghasilkan kuat tekan 62,3 mpa hanya dalam waktu tujuh hari. Beton tersebut kemudian diberi nama Beton As Crete (Alumn and Sugar Conctete).

“Tim Senanjaya 79 ini sempat mengalami kesulitan dalam mencari material. Pasalnya, fly ash sendiri merupakan limbah bahan berbahaya dan beracun atau yang biasa dikenal sebagai limbah B3, sehingga perlu adanya penanganan khusus dan surat pengantar untuk memperolehnya,” ungkapnya.

Sementara itu Reza Syihabul Millah menambahkan, selain dari referensi jurnal asing, pihaknya juga melakukan penelitian kurang lebih satu sampai dua bulan sehingga ide tersebut benar-benar matang.

“Meski mengaku persaingan yang terjadi antara peserta cukup ketat, namun tim ini tetap optimistis untuk membawa pulang juara pertama. Kami merasa yakin karena penelitian ini baru pertama kali dilakukan di Indonesia,” ujar mahasiswa angkatan 2016. (Devan/Hrn)

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments