KUALA LUMPUR, SERUJI.CO.ID – Associate Professor di International Islamic University Malaysia, Dr Mira Kartiwi mengatakan orang tua perlu memahami “cyber parenting” agar memiliki ilmu dalam mendidik anak dalam era digital.
“Memahami ‘cyber parenting’ penting karena adanya kesalahan pemahaman tentang teknologi dan urgensinya memiliki persepsi yang tepat tentang teknologi,” ujar Mira pada Seminar “Menjadi Orang Tua Tegar Di Era Digital” yang diselenggarakan Komite Sekolah Indonesia Kuala Lumpur, Sabtu (4/11).
Founder Indonesia Cyber Parenting Club ini mengatakan dunia saat ini berubah sehingga kebutuhan juga berubah dan akses pada teknologi terutama internet menjadi sesuatu yang urgen.
“Anak sekarang begitu lahir sudah mengenal internet (digital native) dan keluarga menjadi tempat belajar pertama dan terbaik untuk nilai kehidupan juga teknologi,” katanya.
Namun kenyataannya orang tua tidak mendampingi anak-anaknya dan masing-masing keluarga sibuk sendiri-sendiri dengan gadget-nya.
“Saat ini ‘XXX content’ semakin mudah didapat. Menurut data 2012, 52 persen anak-anak di Indonesia secara tidak sengaja melihat konten dewasa dari iklan (pop-up) dan website yang telah di-daftar sebagai ‘aman’,” katanya.
Ketua Divisi Kurikulum Komite Sekolah Indonesia Kuala Lumpur ini mengatakan kita sering mendapati di media keterlibatan anak-anak dibawah umur dalam kasus kejahatan internet.
Sementara itu berita sejenis seperti pembuat software mobile atau “content maker” termuda Fahma dan Hania jarang kita temukan di media.
Mira mengajak agar orang tua mulai menerapkan mental model yang tepat dalam menyikapi teknologi.
“Mental model teknologi yang umum dimiliki orang tua saat ini adalah ‘minuman keras’ vs ‘hadiah’. Minuman keras yakni serba dilarang, sedangkan hadiah adalah memberikan handphone sebagai hadiah. Mental model teknologi di rumah kami adalah pisau,” katanya.
Pisau ini, ujar dia, bisa mengiris-iris siapapun kalau tidak pada tempatnya termasuk ketika membawa handphone sendirian di kamarnya.
Dia meminta ketika mengenalkan teknologi kepada anak bukan kepada teknologi-nya tetapi kenalkan nilainya karena anak sudah pandai meng-explore.
Mira Kartiwi memberikan sejumlah tips kepada orang tua untuk membantu anak agar tegar pada dunia digital.
Tips pertama, ujar Mira Kartiwi, adalah mendidik dengan teladan.
“Pelajari apa trend teknologi yang biasa digunakan remaja saat ini. Usahakan memiliki sosial media yang dimiliki anak dan jadilah ‘silent (diam) friend atau follower’. Kekhawatiran nomer satu anak kalau orang tua jadi ‘follower’ atau ‘friend’ adalah kalau orang tua mempermalukan mereka. Bicaralah kesalahan anak di ruang ‘offline’,” katanya.
Tips kedua, ujar Mira, adalah memahami konsekuensi menggunakan teknologi.
“Tanyakan pada diri Anda apakah sesuai dengan usia anak, apakah ada privacy settings, apakah orang yang tidak dikenal boleh menghubungi anak kita?. Dapatkah saya melihat komentar atau ulasan pengguna lainnya, buatlah kontrak internet sehat dengan anak,” katanya.
Tips ketiga, menurut Mira adalah memahami kejahatan yang dapat terjadi ketika menggunakan teknologi.
“Internet adalah forum publik. Cyberbulling, cyberstalking dan hacking adalah bentuk kejahatan yang penyebabnya seringkali adalah korban atau lingkungannya itu sendiri. Pahami adanya online predator,” katanya.
Pada tips keempat, Mira menyarankan agar berkomunikasi rutin dengan anak-anak, dan tips yang terakhir dia menyarankan agar fokus pada sikap atau “attitude” bukan pada teknologi yang digunakan.
Turut hadir pada kegiatan tersebut Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kuala Lumpur Prof Dr Ari Purbayanto, Koordinator Fungsi Penerangan dan Sosial Budaya Agus Badrul Jamal, Kepala Sekolah Indonesia Kuala Lumpur Agustinus Suharto dan Ketua Komite Sekolah Indonesia Kuala Lumpur Hardjito Warno. (Ant/SU02)