PEKANBARU, SERUJI.CO.ID – Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) mewacanakan pengurangan fakultas untuk efisiensi di perguruan tinggi.
“Kami mewacanakan efisiensi fakultas, karena di luar negeri saja jumlah fakultas tidak sebanyak di sini,” ujar Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir di Pekanbaru, Rabu (15/11).
Nasir memberi contoh di Universitas Queensland, Australia, hanya ada lima fakultas yakni fakultas sains, fakultas kesehatan, fakultas sains sosial dan kemanusiaan, fakultas teknik, dan fakultas ekonomi bisnis dan hukum.
Sementara di sejumlah perguruan tinggi di Tanah Air memiliki fakultas lebih dari lima. Di Universitas Riau saja, memiliki 10 fakultas.
“Banyaknya fakultas sangat berkaitan dengan pejabatnya dan tunjangannya. Bisa nggak enam dekan menjadi satu dekan?,” tanyanya.
Mantan Rektor Universitas Diponegoro itu mengaku pernah mensimulasikan dan diperkirakan akan bisa menghemat anggaran sekitar 30 hingga 40 persen. Untuk tunjangan pejabat program studi saja, kata dia, menghabiskan anggaran sekitar 55 persen dari alokasi dana.
“Kami mengapresiasi rektor yang melakukan reformasi yang melakukan langkah itu. Kami akan mengapresiasi rektor tersebut,” jelas dia.
Selain itu, dia meminta agar perguruan tinggi melakukan reformasi dalam bidang pengelolaan perguruan tinggi sehingga menghasilkan lulusan yang mempunyai kompetensi.
Dia mengharapkan perguruan tinggi di Indonesia untuk mulai mengembangkan sistem perkuliahan berkonsep “e-learning” atau berbasis teknologi informasi.
“Kuliah kedepannya sudah harus berubah memakai konsep e-learning, kalau sudah e-learning, nantinya kelas sudah akan menjadi museum. Pemakaian kelas akan berkurang karena konsep belajarnya bisa di mana saja, bisa saja dirumah.” Nasir juga mengatakan, perkembangan perguruan tinggi di masa datang tidak lagi mengandalkan gedung-gedung pusat kegiatan dan perkuliahan, tetapi akan berubah menjadi berbasis teknologi informasi yang mengarah pada e-learning.
“Kita harus dorong perguruan tinggi mengikuti perkembangan teknologi, misalnya, nanti diarahkan kepada ‘classroomless’, ‘borderless’, dan ‘paperless’ yang sudah berbasis teknologi informasi,” tambah Nasir.
Menteri Nasir menyampaikan bahwa upaya yang dilakukan Kemristekdikti adalah tetap menjaga mutu dan kualitas pendidikan tinggi serta mendorong pembangunan infrastruktur yang memadai. (Ant/SU02)
Ga jd dong fakultas sosmed???
Mahasiswa itu selain belajar ilmu, dia jg belajar aktualisasi diri dikampus, belajar mengkritisi kebijakan penguasa dll. Bila proses pembelajaran dilakukan bisa dr rumah mk ruh aktivitas mahasiswa diluar proses pembelajaran studinya akan tdk terfasilitasi