JAKARTA, SERUJI.CO.ID – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menyatakan kurikulum yang ada di sekolah menengah kejuruan (SMK) sudah selaras dengan dunia industri.
“Jadi ada 142 kompetensi keahlian di SMK. Pada tahun lalu, kami baru menyelesaikan 110 kompetensi keahlian yang disesuaikan dengan kebutuhan industri. Pada tahun ini, kami sudah selesaikan semuanya dan dibicarakan dengan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP),” ujar Direktur Jenderal Pendidikan dan Dasar Menengah Kemdikbud Hamid Muhammad, usai penandatangan teknis pengembangan model SMK Pertanian Indonesia-Belanda di Jakarta, Kamis (8/3).
Hamid menjelaskan penerapan kurikulum tersebut diserahkan sepenuhnya kepada SMK tanpa menunggu tahun ajaran baru. Melalui kurikulum yang selaras dengan dunia industri tersebut, Hamid berharap tidak ada lagi lulusan SMK yang tidak diterima di dunia industri.
“Kami berharap tidak ada lagi lulusan SMK yang tidak diterima di dunia industri karena alasan kurikulum yang diajarkan tidak sesuai dengan industri,” ucap dia.
Meskipun demikian, Hamid mengakui selama ini persoalan utama SMK memang tidak selarasnya apa yang diajarkan di sekolah dan kebutuhan industri, dan itu diatasi dengan penyelarasan kurikulum.
Disinggung mengenai kompetensi guru SMK, Hamid mengatakan persoalan guru tidak hanya kompetensinya saja, namun juga ketersediaan yang cukup bermasalah, seperti pensiun dan juga guru honorer yang diangkat sekolah tanpa kriteria yang benar.
Untuk SMK, Kemdikbud mengadakan program guru keahlian ganda yang mana guru adaptif dilatih menjadi guru produktif.
“Kami juga minta agar Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Kejuruan untuk fokus melatih guru SMK saja. Guru lain biar dilatih PPPPTK mata pelajaran saja,” kata dia.
Selain itu juga, Kemdikbud juga berencana merekrut para profesional untuk bekerja sebagai guru SMK, terutama guru profesional yang akan memasuki masa pensiun. (Ant/SU02)