SURABAYA, SERUJI.CO.ID – Meninggalnya Guru Tidak Tetap (GTT) di SMAN 1 Tojur, Sampang, Madura, Ahmad Budi Cahyono yang dianiaya oleh muridnya, Hl (17), pada Kamis (1/2) lalu membuat prihatin berbagai kalangan.
Pakar Sosial dan Pendidikan Prof Akhmad Muzaki menilai pemukulan yang dilakukan murid pada guru di Sampang, akibat pihak sekolah kurang memberikan perlindungan terhadap guru saat mengajar.
“Kejadian ini sebagai pelajaran bagi pihak sekolah, Komite dan Dinas terkait untuk lebih mengutamakan perlindungan terhadap guru atau pengajar, ” kata Muzaki saat dihubungi SERUJI, Sabtu (3/1).
Guru Besar Sosiologi dan Pendidikan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya ini menjelaskan, untuk mengantisipasi kasus itu tidak terulang lagi, perlu dilakukan rancangan program perlindungan atau proteksi terhadap guru.
“Itu yang dianiaya guru honorer ya gajinya tak seberapa, mending jadi buruh pabrik. Seharusnya ada perlindungan untuk guru khususnya yang GTT, maupun yang sudah PNS,” ujarnya.
Muzaki menuturkan guru adalah orang tua kedua yang patut dihormati, namun terjadinya peristiwa tersebut sebagai peringatan agar pemerintah melakukan pembenahan di dunia pendidikan.
“Sangat penting jika proteksi untuk guru ditingkatkan, dalam bentuk pengendalian siswa dan harus dilakukan dan jangan menunda, agar tidak terulang lagi di sekolah manapun,” tegasnya.
Menurutnya Muzaki, kejadian murid menganiaya guru ini bukan baru pertama kali. Pernah juga terjadi di Makasar, namun yang di Sampang ini gurunya sampai meninggal.
“Kasus itu, kemungkinan disebabkan minimnya respon guru terhadap siswa dan membiasakan anak itu terus berulah, maka siswa itu berani dengan sang guru, maka saya rasa perlindungan untuk guru ditingkatkan, seperti sering dilakukan pembinaan guru, dan murid,” pungkasnya. (Devan/Iwan S)