JAKARTA, SERUJI.CO.ID – Duta Besar Prancis untuk Indonesia Jean Charles Berthonnet mengatakan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Indonesia harus terhubung langsung dengan industri, agar lulusannya dapat langsung mempraktikkan ilmu mereka di dunia kerja.
Saat menyambut kepulangan guru-guru SMK Indonesia sehabis mengikuti pelatihan di Prancis, Dubes Berthonnet menyatakan hubungan erat antara sekolah kejuruan dengan sektor industri menjadi kekuatan dalam mengembangkan pendidikan kejuruan di Prancis.
“Saya rasa sekolah kejuruan di Prancis semakin berkembang karena para orang tua semakin menyadari SMK adalah jalan terbaik untuk mendapat akses ke pekerjaan,” ujarnya di Jakarta, Senin (11/12).
Pernyataan tersebut diperkuat dengan data yang menunjukkan bahwa 41 persen dari total pelajar tingkat menengah di Prancis memilih masuk ke sekolah kejuruan dan 53 persen mahasiswa menempuh pendidikan di kampus vokasi.
“Siswa yang dilatih langsung untuk praktik kerja akan dengan mudah menemukan pekerjaan di berbagai bidang industri,” tutur Dubes Berthonnet.
Pembelajaran tentang pengelolaan pendidikan kejuruan dengan menggandeng sektor industri dan pelatihan guru dilakukan untuk menindaklanjuti perjanjian kerja sama bidang pendidikan antara Prancis dan Indonesia yang ditandatangani pada Desember 2016.
Kerja sama yang didasarkan pada Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas dan daya saing SDM Indonesia hingga 2020.
Untuk mendukung program tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI telah memberangkatkan 44 guru SMK untuk mengikuti pelatihan selama satu bulan di berbagai kampus kejuruan di Prancis, sesuai dengan kualifikasi kejuruan mereka seperti aeronotika, pariwisata, perhotelan dan tata boga, energi dan elektrifikasi, pengelasan, serta tekstil dan mode.
“Peserta yang terpilih untuk mengikuti pelatihan ini kami seleksi secara ketat. Tentu saja selain harus bisa berbahasa Inggris mereka juga harus memiliki pengetahuan yang cukup di bidang-bidang yang menjadi kualifikasi mereka,” kata Direktur Pembinaan Guru Pendidikan Menengah Kemdikbud Sri Renani Pantjastuti.
Selain Prancis, Kemdikbud juga menjalin kerja sama pelatihan guru dengan antara lain Jerman, Selandia Baru, dan Jepang, dengan menyesuaikan terhadap kecocokan dan keunggulan setiap negara.
“Misalnya di Prancis kami memilih jurusan aeronotika karena mereka punya industri airbus, sedangkan di Selandia Baru kami sedang menjajaki pelatihan untuk jurusan geothermal,” pungkas Sri Renani. (Ant/SU03)